Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian inferensial yang kebenarannya harus diujikan secara empiris melalui uji statistika yang memadai. Hipotesis penelitian sangat diperlukan dalam penelitian ilmiah yang bersifat verifikatif. Sejauh mana kesalahan dalam pengambilan keputusan pada pengujian hipotesis tergantung pada kecermatan prosedur pengujian hipotesis yang dipergunakan dan kualitas data yang dianalisis. Seperti diketahui bahwa setiap pengujian hipotesis melalui statistika terkait erat dengan probabilitas yang merupakan besaran peluang terjadinya suatu peristiwa (event).
Penyusunan hipotesis penelitian melalui statistika terapan tentu saja memerlukan data yang memadai agar diperoleh hasil yang akurat dan andal. Ketersediaan data penelitian merupakan keharusan dalam pengujian hipotesis. Mengapa demikian? Karena data untuk pengujian hipotesis menunjukkan atribut dari subjek penelitian itu sendiri. Data atribut dari subjek ini dapat juga berbentuk populasi atau sampel acak (random) yang mewakili populasi tertentu. Terdapat sampel yang sama dengan karateristik populasinya, namun ada juga sampel yang karakteristiknya tidak sesuai dengan populasi tempat sampel tersebut ditarik. Hal ini dikenal dengan kekeliruan penyampelan (Naga, 2009).
Untuk mencegah kekeliruan sampling data tersebut, pengujian hipotesis statistika menggunakan silogisme. Silogisme pengujian hipotesis menguraikan prosedur pengujian hipotesis statistika yang menggunakan data sampel acak karena berhadapan dengan tak terbatasnya populasi hipotesis yang ada. Dengan demikian silogisme menghasilkan dua hipotesis: Hipotesis nol (H0) dan Hipotesis satu (H1). Kekeliruan data sampel akan menciptakan risiko kekeliruan pada pengujian hipotesisnya. Hal ini dapat kita tetapkan sesuai keinginan periset sebelum pengujian melalui tingkat signifikansi (level of significance).
Hipotesis penelitian pada umumnya dirumuskan melalui kerangka pemikiranyang cermat untuk kemudian diujikanmelalui melalui prosedur yang sesuai. Pada penelitian yang bersifat eksploratif dan deskriptif, pengujian hipotesis tidak diperlukan, karena jenis penelitian eksploratif dan deskriptif, tidak bertujuan menguji dugaan periset atau memverifikasi dugaan melaluianalisis data. Pada penelitian deskriptif peneliti hanya ingin menggambarkan suatu fenomena atau mencari tahu sesuatu dengan tidak melalui dugaan sementara.
Kegunaan hipotesis penelitian:
- memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitiandengan lebih jelas dan tegas
- memperjelas tujuan penelitian dan pertanyaan penelitian yang harus dijawab dalam analisis
- sebagai panduan utama dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta
- agar paradigma penelitian tidak keluar dari teori atau acuan penelitian sebelumnya
Penyusunan hipotesis penelitian harus konsisten mengacu kepada rumusan masalah penelitian, tujuan penelitianatau proposisi yang telah ditetapkan pada awal penelitian. Sehingga antara judul penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, paradigma pemikiran, hipotesis penelitian, rancangan analisis dan pengujianstatistikanyadalam kerangka yang konsisten, terstruktur dan sistematik. Dengan demikian, diharapkan semua hipotesis-hipotesis yang akan diujikan sesuai dengan rancangan penelitian dan dipilih melalui prosedur yang benar.